Investor AS Minati Perbankan Syariah Nasional


Rabu, 21 Oktober 2009 - 18:41 wib

Ilustrasi. Foto: Koran SI

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menerima investor asing asal Amerika Serikat (AS) dan berniat melakukan investasi syariah di Indonesia. Hingga saat ini baru tahap awal yang dilakukan dalam bentuk partner strategis.

"BI baru saja menerima tawaran dari investor (perusahaan nonbank) AFG dari Amerika Serikat. Hal tersebut terjalin saat BI melakukan roadshow di New York pada 19 Oktober lalu dan mereka berniat untuk menambah modal bagi perbankan syariah nasional," ungkap Deputi Syariah BI Mulya E Siregar, saat ditemui di Gedung Bank Permata, Jakarta, Rabu (21/10/2009).

Sebenarnya BI juga menerima tawaran investasi dari negara Saudi Arabia, namun sebatas ini hanya pembicaraan biasa dan belum mengerucut pada investasi di perbankan syariah.

Mulya mengaku hanya mempertemukan investor tersebut dengan perbankan syariah nasional. Selanjutnya perbankan tersebut akan menindaklanjuti sendiri.

"BI sudah memfasilitasi investor dari AS tersebut dengan dua perbankan syariah nasional. Namun BI belum mendapat kabar resmi dari bank nasional tersebut setelah pertemuan beberapa hari kemarin," tambah Mulya tanpa menyebut nama perbankan syariah nasional tersebut. (Didik Purwanto/Koran SI/ade)

Ekonomi 2010 Ditopang Swasta


Kamis, 26 November 2009 - 07:12 wib
Foto: Corbis

JAKARTA - Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2010 dan 2011 diproyeksikan berkisar 5,5-6 persen . Kinerja perekonomian terutama akan dikerek oleh konsumsi swasta dan investasi.

"Ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 5,5-6 persen sepanjang 2010- 2011 dengan didukung konsumsi swasta dan kebangkitan investasi," ujar ekonom Citigroup Asia Pasifik Johanna Chua dalam "Citi Asia Macro and Strategy Outlook: Prospects for 2010" yang diterima di Jakarta kemarin.

Mengingat besarnya peran konsumsi swasta dan investasi, Johanna berharap pemerintah konsisten memberikan ruang pertumbuhan bagi kedua sektor tersebut melalui penciptaan stabilitas dan iklim usaha."Kemampuan pemerintah untuk mendorong investasi di Indonesia akan menentukan pertumbuhan," jelasnya.

Namun, Johanna meminta Indonesia mewaspadai kemungkinan kenaikan inflasi sebab hal ini dikhawatirkan akan memengaruhi kebijakan suku bunga Bank Indonesia (BI). Menurutnya, risiko kenaikan inflasi tahun depan didorong oleh potensi peningkatan harga minyak mentah dunia dan kenaikan tarif dasarlistrik.

Kenaikanhargaminyak dunia akibat perbaikan kondisi ekonomi yang memengaruhi tingkat permintaan konsumsi dunia. Secara terpisah, ekonom Djisman Simanjuntak memaparkan, perekonomian Indonesia yang diperkirakan tumbuh hingga 5,5 persen di 2010 diwarnai oleh perbaikan perekonomian PDB dunia dari minus 1,7 persen di 2009 menjadi 3,4 persen tahun depan.

Selain itu, negara-negara sekawasan seperti China tumbuh 10,4 persen, India (9,3 persen), Malaysia (4,1 persen), dan Thailand (3,5 persen). Kendati demikian, Djisman menambahkan, Indonesia masih harus mengantisipasi beragam kelemahannya seperti kendala infrastruktur listrik dan pengangkutan, biaya transaksi yang tinggi. "Juga citra lama sebagai ekonomi pasar setengah hati, dibanding citra kampiun pasar di bagian lain Asia Timur," paparnya.

Lebih jauh Djisman berharap pemerintah bisa memanfaatkan kekayaan sumber daya alam yang lebih baik dibanding negaranegara Asia Timur secara efektif dalam menopang perekonomian ke depan. Termasuk juga basis kedekatan fisikal dengan Asia Timur sebagai pusat pertumbuhan ekonomi dunia dan kedekatan melalui jaringan persetujuan regional. Di sisi lain, pemerintah optimistis laju inflasi 2009 yang terendah sepanjang sepuluh tahun terakhir.

Departemen Keuangan (Depkeu) memperkirakan laju inflasi sampai akhir tahun mencapai 3,5 persen atau di bawah asumsi APBN-P 2009. Kepala Badan Kebijakan Fiskal Depkeu Anggito Abimanyu mengatakan, belanja stimulus fiskal tidak akan memicu inflasi meski penyerapannya didorong supaya habis pada akhir tahun."Kita sudah menghitung (inflasi tahun ini) di antara 3,5-3,9 persen," ujar dia di Jakarta kemarin. (Zaenal Muttaqin /Koran SI/css)